7 Contoh Belas Kasihan dalam Alkitab
VAI E FAZE MESMA COISA (LUC 10, 37) “God in us and above us,” namely, “God in us,” is devalued. The result is a completely different concept of God: God, understood as “God above us,” becomes, as it were, the essence of the creature: the creature is reduced to an essence‐less apparition of the “God above us,” who alone is real and efficacious. Transcendence and immanence are no longer bound together in a tension of opposites, but have become identical.
quinta-feira, 18 de abril de 2024
TUJUH CONTOH BELAS KASIHAN DALAM KITAB SUCI
TUJUH CONTOH KEDAULATAN TUHAN DALAM KITAB SUCI
7 Contoh Kedaulatan Tuhan
Kedaulatan Tuhan adalah tema mendasar dalam teologi Kristen dan sebuah konsep yang secara intrinsik terkait dengan keyakinan dan praktik keagamaan. Di seluruh Alkitab, kita menemukan banyak contoh yang menggambarkan kendali mutlak dan otoritas tertinggi Allah atas segala sesuatu. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi tujuh contoh kedaulatan Allah yang mengajak kita untuk percaya pada rencana ilahi-Nya dan tunduk pada kehendak-Nya dalam segala bidang kehidupan kita.
1. Penciptaan Alam Semesta: Kuasa Penciptaan Tuhan
Dalam Kejadian 1:1, kita membaca kata-kata yang menandai permulaan Alkitab dan seluruh ciptaan: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Ayat ini menunjukkan kepada kita tindakan tertinggi kedaulatan Tuhan dalam mewujudkan segala sesuatu yang kita ketahui dan segala sesuatu di luar pemahaman kita. Sejak awal penciptaan, Tuhan menetapkan otoritas-Nya sebagai Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu, menunjukkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas atas alam semesta dan segala isinya.
Dalam Mazmur 33:6 dinyatakan: "Dengan firman Tuhan langit telah dijadikan dan seluruh penghuninya melalui nafas mulutnya." Pernyataan ini menggarisbawahi gagasan bahwa ciptaan itu sendiri menaati kehendak Allah dan bahwa firman-Nya cukup untuk memberi kehidupan pada segala sesuatu. Penciptaan alam semesta adalah contoh tertinggi kedaulatan Tuhan, yang menetapkan landasan otoritas dan kekuasaan-Nya atas seluruh keberadaan.
2. Eksodus Israel dari Mesir: Pembebasan dan Penyelenggaraan Ilahi
Dalam kitab Keluaran, kita menyaksikan campur tangan Allah yang penuh kuasa dalam pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir. Sepanjang narasi ini, kita melihat bagaimana Tuhan melaksanakan rencana kedaulatan-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa mereka ke tanah perjanjian. Dalam Keluaran 14:21, kita membaca tentang mukjizat penyeberangan Laut Merah: "Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan TUHAN membuat laut surut karena angin timur yang kencang sepanjang malam itu." Peristiwa ini jelas menunjukkan campur tangan ilahi dan kendali mutlak Tuhan atas kekuatan alam untuk memenuhi tujuan kedaulatan-Nya.
Dalam Keluaran 3:8, Allah menyatakan niatnya untuk membebaskan Israel dari penindasan di Mesir, dengan mengatakan: “Dan Aku datang untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir, dan untuk membawa mereka keluar dari negeri itu ke tempat yang baik dan luas. negeri, ke negeri yang mengalirkan susu dan madu. Janji ini mengungkapkan pemeliharaan ilahi dan komitmen Allah untuk memenuhi tujuan kedaulatan-Nya bagi umat-Nya. Eksodus Israel dari Mesir adalah contoh yang kuat tentang bagaimana Allah mengarahkan peristiwa-peristiwa sejarah sesuai dengan kehendak ilahi-Nya.
3. Pemerintahan Daud: Rancangan Ilahi dan Tujuan Kekal
Pemerintahan Daud di Israel adalah contoh luar biasa lainnya mengenai kedaulatan Allah dalam memilih dan meninggikan para pemimpin. Meskipun keadaan buruk dan tentangan dari musuh-musuhnya, Daud diurapi sebagai raja Israel sesuai dengan rencana ilahi Allah. Dalam 1 Samuel 16:12-13, kita melihat bagaimana Tuhan memilih Daud sebagai raja, meskipun dia bukanlah calon yang jelas di mata manusia: “Dan dia mengutus, dan membawanya. Dan dia berambut pirang, cantik matanya, dan tampan. Lalu TUHAN berfirman, Bangunlah dan urapilah dia; karena ini dia. Pilihan ilahi ini menunjukkan bahwa Tuhan bekerja berdasarkan kedaulatan dan pengetahuan-Nya yang sempurna, bahkan ketika pilihan-pilihan-Nya tampak mengejutkan bagi kita.
Dalam 2 Samuel 7:8, Allah berjanji kepada Daud untuk meneguhkan garis keturunannya selama-lamanya: “Maka sekarang engkau harus berkata kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman Tuhan semesta alam: Aku mengambil engkau dari kandang domba, dari belakang domba-domba, supaya kamu menjadi pangeran atas umat-Ku, atas Israel. Janji ini mengungkapkan rancangan ilahi di balik pemerintahan Daud dan menunjuk pada penggenapan kedaulatan Allah dalam pendirian kerajaan mesianis.
4. Kelahiran Yesus: Penggenapan Nubuatan dan Rencana Ilahi
Kelahiran Yesus di Betlehem merupakan kesaksian menakjubkan akan kedaulatan Allah dalam sejarah umat manusia. Melalui nubuatan Perjanjian Lama dan campur tangan ilahi, Allah menghadirkan Putra-Nya ke dunia sebagai Juruselamat yang dijanjikan. Dalam Lukas 2:10-11, malaikat mengumumkan kelahiran Yesus kepada para gembala: “Tetapi malaikat itu berkata kepada mereka, Jangan takut; Sebab sesungguhnya aku menyampaikan kepadamu kabar gembira yang besar bagi seluruh bangsa: bahwa pada hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana Tuhan menggenapi janji kedaulatan-Nya dan bekerja dalam sejarah untuk membawa keselamatan dan penebusan bagi dunia.
Dalam Yesaya 9:6, kita menemukan nubuatan tentang kelahiran Yesus: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang anak laki-laki telah diberikan kepada kita, dan pemerintahan ada di pundaknya; dan namanya akan disebut Ajaib, Penasihat, Tuhan Yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Pangeran Damai. Nubuat kuno ini menunjuk pada rencana ilahi Allah untuk mengutus Putra-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan, yang akan memerintah dengan otoritas ilahi atas umat-Nya. Kelahiran Yesus merupakan kesaksian yang mengharukan akan kedaulatan Allah dalam pelaksanaan rencana keselamatan kekal-Nya.
5. Pertobatan Paulus: Transformasi dan Tujuan Ilahi
Pertobatan Paulus dalam perjalanan menuju Damaskus adalah contoh yang kuat tentang kedaulatan Allah untuk mengubah hati dan mengarahkan kehidupan manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Meskipun ia adalah seorang penganiaya yang kejam terhadap umat Kristen, Paulus mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus yang secara radikal mengubah hidup dan misinya. Dalam Kisah Para Rasul 9:3-6, kita membaca tentang penampakan Yesus kepada Paulus di jalan menuju Damaskus: “Dan ketika Yesus sudah dekat ke Damaskus, tiba-tiba suatu cahaya terang dari surga mengelilingi dia; Dan sambil jatuh ke tanah, dia mendengar suara berkata kepadanya, “Saul, Saul, mengapa kamu menganiaya aku?” Peristiwa ini menunjukkan kedaulatan campur tangan Tuhan untuk mengubah jalan hidup Paulus dan memanggilnya menjadi rasul dan saksi Injil.
Dalam Galatia 1:15-16, Paulus bersaksi tentang panggilan ilahinya: “Tetapi apabila Allah berkenan, yang mengeluarkan aku dari kandungan ibuku, dan yang oleh kasih karunia-Nya telah memanggil aku, untuk menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku dapat memberitakan Injil di antara bangsa-bangsa lain, aku tidak langsung berkonsultasi dengan darah dan daging. Pernyataan ini mengungkapkan kedaulatan tangan Tuhan dalam pemilihan dan panggilan Paulus untuk menjadi alat di tangan-Nya. Pertobatan Paulus adalah contoh yang luar biasa tentang bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan manusia sesuai dengan tujuan ilahi dan kedaulatan-Nya.
6. Penyaliban dan Kebangkitan Yesus: Rencana Penebusan dan Kemenangan Atas Dosa
Penyaliban dan kebangkitan Yesus merupakan peristiwa sentral dalam rencana penebusan Allah bagi umat manusia dan merupakan kesaksian tertinggi akan kedaulatan-Nya atas dosa dan kematian. Meskipun penyaliban Yesus nampaknya merupakan sebuah kekalahan, hal ini sebenarnya merupakan penggenapan rencana ilahi untuk mendamaikan umat manusia dengan dirinya sendiri. Dalam Kisah Para Rasul 2:23, Petrus menyatakan dalam khotbah Pentakosta: "Orang ini, yang diserahkan oleh ketetapan hati dan pengetahuan Allah sebelumnya, kamu tangkap dan bunuh di tangan orang-orang jahat, lalu kamu salibkan dia." Pernyataan ini menunjukkan bagaimana penyaliban Yesus merupakan hasil dari rencana kedaulatan Allah untuk penebusan dosa manusia.
Dalam 1 Korintus 15:3-4, Paulus merangkum arti kematian dan kebangkitan Yesus: “Sebab yang pertama-tama telah kuajarkan kepadamu adalah apa yang telah kuterima sendiri: bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa dia dikuburkan, dan bahwa dia bangkit kembali pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kematian dan kebangkitan Yesus sebagai penggenapan Kitab Suci dan rencana kedaulatan Allah bagi keselamatan umat manusia. Penyaliban dan kebangkitan Yesus adalah kesaksian mulia akan kedaulatan Allah atas dosa dan kemenangan akhir atas maut.
7. Kedatangan Yesus Kedua Kali: Pengharapan dan Kesempurnaan Kerajaan Allah
Janji kedatangan Yesus kedua kali merupakan kesaksian kedaulatan Allah untuk memulihkan dan mewujudkan kerajaan-Nya di bumi. Meskipun kita tidak tahu kapan tepatnya kedatangannya kembali, kita percaya pada kesetiaan Tuhan untuk menggenapi firman-Nya sesuai dengan rencana ilahi-Nya. Dalam Matius 24:44, Yesus berkata, “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia; karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak kamu duga. Nasihat ini memanggil kita untuk terus-menerus menantikan dan mempersiapkan kedatangan-Nya, percaya pada kedaulatan Tuhan atas kejadian-kejadian di masa depan.
Dalam Penyingkapan 22:20, Yesus menyatakan: “Dia yang memberikan kesaksian tentang hal-hal ini berkata, ’Aku datang segera. Amin; ya, datanglah, Tuhan Yesus. Pernyataan terakhir dalam Alkitab ini mengingatkan kita akan janji pasti kedatangan Yesus kedua kali dan realisasi akhir rencana kedaulatan Allah untuk mendirikan kerajaan kekal-Nya. Kedatangan Yesus yang kedua kali merupakan penggenapan kedaulatan Allah dan harapan tertinggi bagi orang-orang percaya dari segala generasi.
Kesimpulan
Contoh kedaulatan Allah dalam Alkitab menantang kita untuk percaya pada rencana ilahi-Nya dan tunduk pada otoritas tertinggi-Nya dalam segala bidang kehidupan kita. Mulai dari penciptaan alam semesta hingga kedatangan Yesus yang kedua kali, kita melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam sejarah manusia sesuai dengan kedaulatan kehendak-Nya dan menggenapi tujuan kekal-Nya demi keselamatan dan penebusan umat-Nya. Saat kita merenungkan contoh-contoh ini, kita dapat menemukan kenyamanan dan keamanan dalam kenyataan bahwa Allah memegang kendali dan bahwa kasih serta kesetiaan-Nya bertahan selamanya. Semoga kita percaya pada kedaulatan Tuhan di tengah cobaan dan tantangan hidup, mengetahui bahwa rencana-Nya sempurna .
PATER FEBRI SAMAR
KONGREGASI SCALABRINIAN
BERTUGAS DI URUGUAY
WAKTU TUHAN MENURUT INJIL LUKAS 2:1-7
Waktu Tuhan – Lukas 2:1-7
Pada masa itu, sebuah dekrit dikeluarkan oleh Augustus Caesar bahwa setiap orang harus didaftarkan. Sensus pertama ini dilakukan ketika Kirenius menjadi gubernur Siria. Dan mereka semua pergi untuk mendaftar, masing-masing ke kotanya. Dan Yusuf berangkat dari Galilea, dari kota Nazaret, ke Yudea, ke kota Daud, yang disebut Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keluarga Daud; untuk didaftarkan pada Maria isterinya, yang dijodohkan dengannya, yang sedang hamil. Dan terjadilah ketika mereka berada di sana, genaplah hari kelahirannya. Dan dia melahirkan anak laki-lakinya yang sulung, lalu membungkusnya dengan lampin, dan membaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan.
Lukas 2:1-7
Waktu Tuhan Itu Sempurna – Renungan Lukas 2:1-7
Dalam Injil yang ditulis oleh Lukas ini, penulis menceritakan sebuah peristiwa dalam sejarah dunia karena pembacanya sebagian besar adalah orang-orang Yunani yang masuk Kristen dan akrab dengan situasi politik saat itu.
Lukas menyoroti bagaimana Allah campur tangan dalam waktu, menggunakan gubernur Kekaisaran Romawi, Augustus Caesar, untuk melaksanakan janji yang diberikan oleh para nabi tentang Juruselamat Dunia.
Janji ini menyatakan bahwa di Betlehem akan lahir orang yang akan menjadi Tuan Israel (Mi 5:2). Oleh karena itu, dilakukan sensus oleh Gubernur Roma untuk memungut pajak dan setiap orang harus pergi ke kota asal keluarganya. Karena Yusuf merupakan keturunan Daud yang berasal dari kota Betlehem, maka dari itu ia harus menempuh perjalanan kurang lebih 120 kilometer dari kota Nazareth di Galilea menuju kota Betlehem.
Namun semua itu diarahkan oleh maksud Allah agar firman-Nya tergenap pada waktunya. Yang mengatakan bahwa dari keturunan Daud dan di Kota Betlehem akan lahir Juru Selamat Dunia (2Sam 7:12-13; Yes 16:5; Jr 23:5; Mat 1:1, 2:6; Luk 1 :69, 2:11).
Pada hari-hari itu dan pada waktu itu Aku akan menumbuhkan Tunas kebenaran pada Daud, dan dia akan melaksanakan penghakiman dan kebenaran di negeri itu.
Yeremia 33:15
Tetapi kamu, Betlehem Efrata, kecil di antara keluarga-keluarga Yehuda, darimu akan datang kepadaku yang akan menjadi Tuan di Israel; dan kepergiannya adalah dari awal, dari hari-hari kekekalan.
Mikha 5:2
Dengan cara yang sama Tuhan bekerja agar pada masanya terjadi peristiwa terpenting dalam sejarah umat manusia, yaitu Putra Tunggal-Nya lahir dari seorang perempuan perawan, menjalani kehidupan tanpa dosa, mati bagi dosa umat manusia dan akan dibangkitkan pada hari ketiga dengan tujuan kekal yaitu menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada-Nya (Yoh. 3:16). Beginilah cara Dia juga akan bekerja pada waktunya dalam hidup Anda, untuk melaksanakan rencana yang Dia miliki untuk Anda.
Namun ingatlah bahwa rencana Tuhan tidak seperti rencana manusia. Rencana Tuhan bersifat kekal, untuk membimbing Anda di jalan keselamatan atau menggunakan Anda sebagai wadah yang berguna agar orang lain mengenal Kristus melalui Anda.
Jika Tuhan memberi tahu Anda bahwa Anda akan memberitakan firman-Nya, bahwa Anda akan menjadi pelayan pujian atau bahwa anggota keluarga yang sangat Anda doakan akan Kristus dinyatakan kepadanya pada waktunya, maka Tuhan akan melakukannya. Namun terserah pada Anda untuk percaya, menaati Tuhan dan terus berjalan bersama Kristus.
Alkitab menunjukkan kepada kita banyak orang yang pada masanya melihat janji-janji Tuhan.
Salah satunya adalah Sara, ketika diberitahu bahwa ia akan menjadi seorang ibu di usianya yang sudah lanjut, waktunya telah terpenuhi dan ia melihat janji itu (Kej 17:21, 18:14, 21:2).
Ketika Daud diurapi menjadi raja, pada saat yang sama ia tidak memerintah Israel, namun pada masanya ia melihat janji itu (1Sam 16:1, 11-13; 2Sam 2:4).
Bahkan Cyrus, seorang raja Persia yang kepadanya Tuhan mewahyukan kepada nabi Yesaya 120 tahun sebelum ia dilahirkan, bahwa ia akan menggunakan dia untuk membawa orang-orang Israel kembali dari pembuangan, untuk membangun kembali Kota dan Bait Suci, ketika waktunya sudah habis ia melakukannya (Yes 44:26-28; Ezra 1:1-2; 2 Kro 36:22-23).
Sebagai penutup refleksi ini, saya hanya bisa mengatakan kepada Anda, percayalah kepada Tuhan, taat kepada-Nya, tunggu Dia, dan pada waktu-Nya Dia akan melakukannya.
PATER FEBRI SAMAR, CS