PATER FEBRI SAMAR, CS
Injil hari ini mengalami banyak perubahan namun pada akhirnya yang dipertaruhkan adalah pengetahuan akan Tuhan. Atau lebih tepatnya, gambaran atau gagasan yang kita miliki tentang Tuhan. Orang-orang Yahudi sudah mempunyai gagasan tentang Tuhan. Mereka mengkodifikasikannya, mengungkapkannya dan menjelaskannya dalam kitab suci mereka, yang sekarang kita kenal sebagai Perjanjian Lama, dan dalam komentar para ahli, Talmud. Ada segala hal yang perlu diketahui oleh seorang Yahudi yang baik.
Kita juga sudah mempunyai serangkaian gagasan yang terbentuk sebelumnya tentang siapa Tuhan itu. Baru kemarin saya mendengarkan seseorang di radio berbicara tentang bagaimana Tuhanlah yang mengendalikan semua tindakan kita dan mengancam kita dengan sanksi yang sesuai jika kita tidak mematuhi aturan-aturannya. Nampaknya yang penting bukanlah bahwa norma-norma tersebut kurang lebih masuk akal, melainkan bahwa norma-norma tersebut diperintahkan, ditetapkan oleh Tuhan. Masalah dengan gambaran Tuhan ini adalah bahwa norma-norma dikaitkan dengan Tuhan yang di banyak rumah merupakan produk tradisi atau budaya.
Yesus menjauhkan diri dari semua itu. Dia mengenal Tuhan, dia memiliki pengalaman yang mendalam dan unik tentang Tuhan. Dia memanggilnya Ayah. Dan dia menjadikan cara Tuhan untuk hadir dalam cara dia bersikap dan berbicara. Dalam kedekatannya dengan masyarakat miskin, marginal, dan pendosa. Dan dalam kritik mereka terhadap orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan para imam, mereka merasa tidak hanya sebagai wakil dari agama resmi Yahudi tetapi juga pemiliknya. Merekalah yang tahu, mereka yang mengerti. Sisanya adalah orang-orang bodoh yang perlu diajar dan digembalakan seperti domba.
Yesus memutuskan hubungan dengan perwakilan resmi tersebut. Dia tidak menginginkan budak yang taat, murid yang rajin, tetapi pengikut: pria dan wanita yang dengan bebas mengikutinya dan menjadikan cinta Tuhan yang universal dan tanpa syarat kepada semua makhluk-Nya yang hadir di dunia, dengan perkataan dan perbuatan mereka. Mengikuti jalan Yesus memiliki resikonya tetapi itu adalah syarat untuk sepenuhnya mewujudkan anugerah kebebasan yang telah diberikan kepada kita dan kehidupan yang telah diberikan kepada kita sebagai anugerah dan anugerah. Jelaslah bahwa orang-orang Yahudi yang disebutkan dalam Injil tidak memahami apa pun. Dan kita?