OLEH PATER FEBRI SAMAR
TUHAN ADALAH KEBEBASAN DALAM KEPENUHAN DAN HIDUP YANG BERLIMPAH
Liturgi hari Minggu ini mengungkapkan kepada kita bahwa Tuhan tidak menerima tindakan dan sikap egoisme dan kematian yang mencederai harkat dan martabat serta memperbudak umat manusia. Tindakan penebusan Yesus menunjukkan bahwa Dia datang menemui kita untuk mengusulkan jalan kebebasan dan kehidupan yang utuh.
Bacaan pertama (Ulangan 18:15-20) mengajak kita, bermula dari panggilan Musa, untuk merenungkan menjadi seorang nabi. Teks tersebut memiliki kontur "perjanjian spiritual", karena merupakan kutipan dari pidato terakhir Musa, yang diadakan di dataran Moab sebelum memasuki Tanah Perjanjian. Musa merasakan kematiannya dan mulai mempersiapkan para pemimpin untuk memimpin umat pilihan di jalan Tuhan. Dengan cara ini, kita dihadapkan pada salah satu poin mendasar dari struktur organisasi Israel: kenabian. Nabi adalah seseorang yang dipilih, dipanggil, dan diutus Allah untuk mewartakan “Firman”-Nya yang hidup kepada umat manusia. Nabi sejati tidak menyampaikan pesan pribadi atau kata-kata yang menyenangkan hati umat. Landasan panggilan kita adalah kesetiaan pada kehendak Tuhan. Nabi adalah orang yang berani menghadapi kenyataan yang memperbudak dan menyebabkan kematian. Ia harus dengan setia menyaksikan usulan Tuhan bagi manusia dan dunia. Misi kenabian harus selalu melayani Tuhan, rencana Tuhan, kebenaran Tuhan, dan tidak melayani rencana pribadi atau pandangan egois, karena egois yang menyebabkan kehancuran dan penderitaan di dunia.
Oleh karena itu, dalam bacaan kedua (1 Korintus 7:32-35), Santo Paulus mengajak umat Kristiani untuk memikirkan kembali prioritas-prioritas penting mereka agar tidak membiarkan kenyataan yang berlalu menghalangi mereka untuk menghayati komitmen sejati mereka dalam melayani Tuhan dan saudara-saudara mereka. Namun dalam perikop yang kita renungkan ini, perlu ditegaskan bahwa ini bukan tentang penolakan Rasul terhadap pernikahan; Paulus tidak pernah menyatakan bahwa pernikahan adalah kenyataan buruk atau cara untuk menghindarinya. Bagi Pablo, pernikahan adalah kenyataan yang penting. Pertimbangkan bahwa baik pernikahan maupun selibat adalah anugerah dari Allah (lih. 1 Kor 7:7). Bagi Rasul, yang lebih penting dari mengutamakan selibat dan pernikahan adalah hidup dengan hati yang sepenuhnya kembali pada kehendak Tuhan. Hal yang penting untuk menjadi seorang Kristen bukanlah hidup selibat atau menikah, namun mencintai dan melayani Kristus secara nyata. Pembelaan Paulus yang tajam terhadap selibat harus dilihat sebagai prioritas terhadap kebebasan yang membuat kita lebih siap untuk menabur benih Kerajaan.
Injil hari ini (Mrk 1:21-28), seperti minggu-minggu sebelumnya, masih memperkenalkan kita pada tindakan awal misi Yesus. Inilah peristiwa-peristiwa pertama yang mulai menampakkan diri mereka sebagai Mesias dan jalan keselamatan. Dengan Firman-Nya dan tindakan-Nya, Yesus Kristus memulihkan martabat, memperbaharui kehidupan dan mentransformasikan menjadi manusia bebas semua orang yang hidup dalam tahanan keegoisan, dosa dan kematian.
Seperti yang kita lihat dalam bacaan pertama, panggilan kenabian didasarkan pada kesetiaan kepada Sabda dan kehendak Allah. Para pemimpin agama pada zaman Yesus sering memanipulasi Firman untuk mendominasi hati nurani manusia dan mempertahankan kekuasaan. Kenyataan ini tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang kita alami saat ini, di mana banyak pemimpin lebih mementingkan promosi diri daripada mewartakan Injil, namun terburu-buru menjual produknya daripada berbicara tentang Yesus Kristus dan memimpin domba-dombanya untuk bertemu dengan-Nya. Yesus tidak menyia-nyiakan waktu dengan retorika kosong yang menyenangkan ego dan telinga, namun mengeringkan hati. Kekuasaan yang dikagumi dengan takjub pada Yesus adalah buah dari pengalaman keintimannya dengan Allah Bapa. Cara bertuturnya sebagai modus adalah bebas, tulus, runtut, dan penuh kasih sayang. Perkataan-Nya mempunyai otoritas di hati manusia karena disertai dengan tindakan nyata yang merupakan penggenapan dari apa yang diberitakan Yesus. Dia menjalani apa yang dia ajarkan dan mengajarkan apa yang dia jalani.
Dalam perspektif alkitabiah dan pada zaman Yesus, "roh-roh jahat" yang mendominasi atau merasuki seseorang memiliki kekuatan absolut yang tidak dapat diatasi oleh manusia sendirian dan dengan kekuatan lemah mereka. Oleh karena itu, diyakini bahwa hanya Tuhan, dengan kekuasaan dan otoritas absolutnya, yang mampu mengalahkan "roh jahat" dan memulihkan nyawa dan kebebasan yang hilang. Meski contohnya mengacu pada orang yang kerasukan, namun bagi Markus, tindakan pembebasan Yesus dilakukan terhadap setiap kenyataan yang memperbudak manusia dan ini tidak hanya mencakup kerasukan roh jahat, tetapi juga kenyataan nyata seperti gosip, penghakiman. kesalahan orang lain, korupsi, keserakahan, puritanisme, kepalsuan, percabulan, dll.
Saya ulangi: penginjil menyajikan realitas melalui gambaran roh yang tidak murni. Namun, yang dicerminkan bukan hanya kemungkinan dominasi pengaruh setan secara langsung, melainkan tindakan manusia apa pun yang merampas hak-hak utama orang lain seperti perdamaian, kesehatan, pangan, dan martabat.
Oleh karena itu, kami mempunyai misi yang sama dengan Yesus Kristus. Meskipun ada kesalahpahaman dan intoleransi yang menjadi korbannya, murid-murid Yesus tidak boleh mengurung diri di sakristi, mengabaikan penderitaan, atau tunduk pada dominasi orang jahat. Namun mereka harus menjalankan tugas misionaris mereka dengan keberanian, visibilitas dan konkrit dalam transformasi realitas politik, ekonomi, sosial dan keluarga.
MONTEVIDEO, 27 JANUARI 2024